Headlines News :
Home » » Beda Ijtihad, Takfirkan Ustadz Abu Bakar Basyir

Beda Ijtihad, Takfirkan Ustadz Abu Bakar Basyir

Written By ASEP KUMIS on Jumat, 14 Oktober 2011 | 10/14/2011 02:59:00 AM

Jakarta  - Tidak dipungkiri, mereka yang pernah belajar dengan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, sebagian ada yang akhirnya berbeda ijtihad.  Ketika ditanya, apakah ini suatu pembangkangan murid terhadap guru?
“Memang, saya pernah mendengar adanya ucapan, Ustadz Abu dianggap murtad (takfir) dikarenakan berselisih paham. Tapi, yang jelas, saya tidak pernah mendengar ucapan itu secara langsung. Bisa saja, itu kesimpulan dari pendengar yang misunderstanding, kita tidak tahu," kata Juru Bicara Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Center, Ustadz Son Hadi.
Yang pasti, kata Son Hadi, orang yang belajar tidak bisa dibatasi. Imam Syafii saja gurunya ada 800. Perbedaan pendapat itu biasa, namun tetap ada ruang untuk didiskusikan antara murid dengan sang guru. Kalau setiap orang pernah berguru, lalu dihubung-hubungkan dengan JAT, saya kira itu tidak tepat,” jelas Son Hadi.
Son Hadi mengakui, JAT masih terus berbenah diri dalam mengatur internal  organisasi.  Memang, tidak mudah untuk menjadi anggota JAT, harus melalui daurah, memahami materi pokok keislaman, aqidah dan manhaj yang benar, serta adanya kewajiban untuk berjama’ah.  “Saat ini kita mengandalkan daftar muwahadah, markaz lah yang menentukan seseorang menjadi anggota.  Pernah ada yang mengusulkan untuk membuat kartu anggota JAT.
Saat JAT berdiri, dan baru berumur tiga tahun, amir JAT sudah ditangkap. Hal inilah yang menimbulkan sedikit kegoncangan. Padahal, segala kebijakan sudah hampir berjalan. JAT saat ini telah melakukan semacam penyaringan.  Terlebih,  mulai banyak orang yang menjauhi Ustadz Abu. Sebagian diantaranya telah mengundurkan diri . Untuk saat ini, penguatan jamaah belum bisa dilakukan secara optimal.
“Kita ingin mengadakan  open house untuk menjelaskan apa itu JAT. Agar tidak ada lagi pihak tertentu yang suka mengait-ngaitkan setiap kali peristiwa pengeboman di Indonesia dengan anggota JAT,” kata Son Hadi.
Misi JAT
Dijelaskan Son Hadi, konsep JAT adalah dakwah dan jihad. Itu dilakukan secara step by step dengan penjelasan tauhid, amar ma’ruf nahi munkar, bukan sekdar lips service.  “Sikap JAT jelas, setiap ijtihad harus sesuai syar’I, dan perlu didiskusikan sah atau tidaknya suatu tindakan. Jadi, tidak ada pola JAT yang mengarahkan anggotanya untuk melakukan aksi pengeboman tanpa landasan syar’i.”
“Memang, bicara ijtihad, setiap orang bisa beda pendapat. Hanya saja, orang sudah tahu, bahwa Ustadz Abu adalah tokoh yang dikenal sebagai anti thogut. Sehingga Ustadz Abu acapkali dianggap sebagai the real endemy  yang harus didahulukan,” tukas Son Hadi.
Seperti diberitakan sebelumnya, JAT tak bertanggung jawab atas pengeboman yang menurut polisi dilakukan oleh Beni Asri dan komplotannya di Masjid Adz Dzikra, Mapolresta Cirebon. Sebab, Beni telah keluar dari JAT sejak Maret 2011.

"Beni sudah keluar Maret 2011, dia menyatakan mundur, bahkan mengkafirkan Ustadz Abu Bakar Baasyir (ABB), karena menurut mereka ABB menggunakan hukum thogut (di luar hukum Allah). Karena itu kita tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka," ujar juru bicara JAT Son Hadi, di Mabes Polri, Jakarta.

Menurut Son Hadi, JAT memiliki peraturan setiap anggota harus menaati perkataan dan kebijakan amirnya. Jika tidak, mereka akan dikeluarkan dan JAT tidak mau bertanggung jawab dengan perbuatan anggotanya itu.

Son Hadi tidak membantah Beni pernah menjadi anggota JAT. Beni yang tertangkap di Solok, Sumatra Barat, Jumat (30/9) itu, bergabung di JAT Cirebon sejak 2010. "Kita tidak tahu dia mendapat ilmu dari guru mana, sehingga melakukan itu. Ustad Abu sendiri tidak menyetujui tindakan bom Cirebon dan bom Solo yang dinilainya tidak dibenarkan oleh syariat.”


sumber
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Copas 4 Islam - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template