“Saya tidak tahu dari mana mereka datang dari atau siapa yang meninggalkan mereka di sana,” ujar dokter itu, menambahkan bahwa mereka telah dibuang dalam keadaan misterius di halaman rumah sakit.
“Maaf, tapi prioritas saya adalah yang hidup, bukan yang mati,” ujar Milad sambil terus memandu pengunjungnya mengitari rumah sakit itu.
Penemuan mengerikan ini hanya menambah rasa gelisah yang merebak di rumah sakit Ibnu Sina di Sirte selatan.
Lebih dari 100 pasien yang diduga pejuang pro-Gaddafi, ditemukan di rumah sakit saat misil menghantam rumah sakit ketika pasukan rezim baru terbentuk pada minggu lalu.
Sejak itu tim bantuan berjuang untuk mendapatkan rumah sakit kembali dan menjalankannya. Sebagian besar pasien dievakuasi atas desakan kelompok-kelompok kemanusiaan internasional.
Komite Palang Merah Internasional dan Dokter Tanpa Perbatasan (MSF) telah memeriksa rumah sakit untuk memastikan apakah pasien diperlakukan dengan baik meskipun telah dicap sebagai “musuh” oleh rezim baru Libya.
“Kami telah mengevakuasi 35 orang ke Misurata dan Tripoli dalam tiga hari,” ujar Karen Strugg yang mengepalai Palang Merah di Misurata, menambahkan bahwa sisanya akan ditransfer Senin.
Kembali di halaman rumah sakit Ibnu Sina yang penuh dengan sampah dan puing-puing, tim kecil dari dokter yang bertugas membungkus mayat yang telah membusuk ke dalam kantong mayat berwarna putih dan meletakkannya di atas tandu.
Dengan lalat-lalat yang mengerubungi, seorang dokter yang mengenakan blus biru, masker bedah dan sarung tangan lateks, memeriksa mayat yang mengenakan pakaian sipil namun tidak ada surat-surat yang dapat mengidentifikasi mereka.
“Setidaknya tiga dari mereka ditembak di kepala,” ujar Dr. Imad al-Fassi, seperti yang dilansir AFP. Sementara itu wartawan AFP mengatakan bahwa ia melihat satu jenazah dengan tengkorak yang telah hancur.
Dokter mengatakan waktu kematian setidaknya seminggu yang lalu.
Tak seorang pun di rumah sakit itu yang mengenal siapa mereka, siapa yang membunuh mereka atau mengapa mereka dibuang di halaman rumah sakit.
Setengah jam kemudian, beberapa anggota sebuah LSM Libya yang dibentuk untuk memberikan dukungan medis kepada pejuang dari rezim baru Libya, Dewan Transisi Nasional (NTC) tiba di rumah sakit.
“Kami di sini untuk mengambil jenazah,” ujar Faraz Mahdawi. “Beberapa dari mereka telah dieksekusi, kami harus menguburkannya.”
Mahdawi yakin bahwa jenazah-jenazah itu adalah para pejuang NTC yang dibunuh oleh loyalis Gaddafi.
Namun pengamat asing memperingatkan agar tidak mengambil kesimpulan terburu-buru. “Ini juga bisa menjadi sebaliknya. Sulit untuk mengatakan tanpa tes DNA,” tegasnya.
“Kasus seperti ini cenderung meningkat. Kita harus benar-benar memverifikasi semuanya sebelum mengumumkan apapun,” ujarnya di tengah rumor bahwa 18 mayat yang dieksekusi telah ditemukan di Sirte di dekat rumah sakit tersebut.
sumber