Headlines News :
Home » » Protokol Laktasi terhadap wabah Difteri

Protokol Laktasi terhadap wabah Difteri

Written By ASEP KUMIS on Jumat, 14 Oktober 2011 | 10/14/2011 03:26:00 AM

Beberapa hari ini Indonesia, terutama wilayah Jawa Timur dihadapi bencana wabah penyakit difteri yang menyerang anak balita. Imunisasi bukan merupakan solusi satu-satunya dalam melakukan pencegahan. Uraian diharapkan bisa memberikan gambaran jelas mengenai penanganan Difteri bagi ibu menyusui. Penularan difteri adalah melalui kontak langsung dengan penderita yang infeksius.

Protokol yang harus dilakukan oleh orangtua dalam menghadapi hal ini adalah :
  1. Jaga kebersihan diri dan lingkungan.
  2. Hindari kontak dengan penderita
  3. Hindari keluar rumah atau pergi ke tempat keramaian/rumah sakit
  4. Bagi orangtua yang bekerja di luar rumah, sekembalinya di rumah diharuskan untuk membersihkan seluruh tubuh dari ujung rambut hingga kaki SEBELUM menyentuh anak.
  5. Susuilah anak sesering mungkin. Sesuai dengan penelitian ilmiah, bahwa ketika ibu membawa kuman dalam tubuhnya, maka ASI akan dipenuhi dengan antibodi terhadap kuman tersebut. Sehingga dengan mempertahankan penyusuan akan memberikan perlindungan optimal kepada bayi.
Dibawah ini adalah penjelasan mengenai difteri, untuk memberikan wacana kepada ayah bunda perihal penyakit tersebut.
Difteri
Difteri adalah penyakit akut yang mengancam nyawa yang disebabkan Corynebacterium diphtheriae.Penyebab Corynebacterium diphtheriae, dikenal dua macam Corynebacterium diphtheriae, yaitu:
-Toxigenic Corynebacterium diphtheriae
Ada 4 strain yang virulen yang berhubungan dengan penyakit pada manusia:
  1. Di Eropah bentuk yang ganas dari difteri, berhubungan dengan tipe strain gravis, dan kebanyakan kematian berhubungan dengan group ini.
  2. Tipe strain mitis, berbeda keganasannya dari tipe strain gravis dan jarang fatal, dan umumnya hanya mengenai saluran nafas.
  3. Tipe. strain intermedius juga telah diidentifikasi dan merupakan penyebab penyakit difteri yang agak berat.
  4. Tipe strain minimus, pernah di isolasi sewaktu epidemik dari penyakit difteri yang berat di Amerika
 -Non toxigenic Corynebacterium
Organisme ini sering dijumpai pada daerah nasofaring, telinga dan pada kotoran mata, dan harus dibedakan dari strain yang menghasilkan toxin.
Pemeriksaan mikroskopis ataupun morfologi pada kultur tidak bisa membedakan antara toxigenic dengan nontoxigenic diphtheriae. Metoda lama dengan menginokulasikan pada guinea pig memerlukan waktu beberapa hari, tetapi dengan metoda baru, yaitu dengan melakukan test invitro untuk identifikasi “skin toxin production”, memberikan hasil yang dapat dipercaya dalam waktu 18 jam sesudah isolasi pertama.
Penularan
Kuman difteri disebarkan oleh menghirup cairan dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi, dari jari-jari atau handuk yang terkontaminasi, dan dari susu yang terkontaminasi penderita.
Gejala klinik
Gejala yang muncul ialah sakit tenggorokan, demam, sulit bernapas dan menelan, mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung, dan sangat lemah. Kelenjar getah bening di leher membesar dan terasa sakit. Lapisan (membran) tebal terbentuk menutupi belakang kerongkongan atau jika dibuangkan menutup saluran pernapasan dan menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah.
Difteri tejadi setelah periode masa inkubasi yang pendek yaitu 2-4 hari, dengan jarak antara 1-5 hari. Gambaran klinik tergantung pada lokasi anatomi yang dikenai. Beberapa tipe difteri berdasarkan lokasi anatomi adalah:
  1. Nasal diphtheria
  2. Tonsillar[faucial]diphtheria
  3. Pharyngeal diphtheria
  4. Laryngeal atau laryngotracheal diphtheri
  5. Non respiratory diphtheria.
Lebih dari satu lokasi anatomi mungkin terlibat pada waktu yang bersamaan.
 Penegakan Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan laboratorium. Gejala klinik merupakan pegangan utama dalam menegakkan diagnosa, karena setiap keterlambatan dalam pengobatan akan menimbulkan resiko pada penderita. Secara klinik diagnose dapat ditegakkan dengan melihat adanya membrane yang tipis dan berwarna keabu-abuan, mirip seperti sarang laba-laba dan mudah berdarah bila diangkat.

“Human Milk is for Human Babies” – “Breastfeeding is Norm – Immune is Breastmilk”
Salam Cinta ASI,
dr Henny Zainal, B.C
HZ Lactation Center
Jl. Timbul Raya No. A/6, Rt/Rw 08/06
Cipedak, Jagakarsa
Jakarta Selatan 12360


sumber
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Copas 4 Islam - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template