AMBON – Belum hilang trauma warga Muslim Ambon setelah ratusan rumah dibakar perusuh salibis, tadi malam terjadi lagi pembakaran rumah Muslim di perbatasan.
Meski berulangkali diberitakan sudah kondusif, kondisi Ambon masih panas, pasca insiden 11/9 yang menewaskan 8 warga Muslim dan membakar ratusan rumah Muslim. Salah satu pemicunya adalah provokasi warga Kristen.
Insiden provokasi terkini terjadi tadi Ahad malam (16/10/2011) sekitar pukul 21.30 WIT. Sebuah tempat kos milik warga Muslim di jalan Mutiara Mardika di belakang PUSDIKOM (Pusat Pendidikan Komputer) dibakar oleh orang tak dikenal. Tempat kos milik Marjianto yang terdiri dari 2 lantai itu habis dilalap api. Lantai atas rumah papan tersebut terdiri dari 8 kamar yang dijadikan tempat kost, sedangkan lantai bawah dijadikan tempat tinggal keluarga Marjianto.
Rumah tersebut sudah sebulan ditinggal mengungsi penghuninya akibat kerusuhan 11-13 September lalu. Marjiyanto dan keluarganya mengungsi karena tempat tersebut terletak di perbatasan antara kawasan Muslim dan Kristen, yang selalu menjadi sasaran penyerangan dari pihak Kristen.
Karenanya, warga menduka kuat bahwa pelaku pembakaran rumah dua lantai tersebut dilakukan oleh masa Kristen. Di TKP ditemukan bekas sebuah botol bekas bensin yang dipakai untuk membakar rumah oleh pelaku.
Menurut keterangan saksi mata yang diwawancara voa-islam.com, saat terjadi pembakaran tersebut masyarakat Muslim sekitar langsung bergotong-royong memadamkan api dengan alat seadanya.
Setelah api padam, barulah aparat keamanan dari TNI dan polisi datang menyisir TKP. Usai penyisiran, pukul 22.00, tiga orang warga Muslim sekitar digelendang ke kantor polisi dengan alasan sebagai saksi. Ketika digelendang polisi ke Polres Ambon, para saksi dijanjikan akan diantar pulang jika pemeriksaan sudah selesai. Kenyataannya, polisi berdusta. Para saksi disuruh pulang sendiri-sendiri pukul 02.30 dini hari tanpa diantar. Itu pun setelah warga Muslim menyambangi Mapolres Pulau Ambon untuk menjemput ketiga warga Muslim yang dipaksa menjadi saksi.
Rusdi, nama alias, salah seorang saksi yang minta dirahasiakan namanya, kepada voa-islam.com menjelaskan bahwa 3 orang saksi itu diperlakukan seperti tersangka di kantor polisi. Mereka diperiksa oleh Vilki Sohuat, penyidik Polres Ambon yang beragama Kristen.
Dalam pemeriksaan tersebut dibuat BAP saksi oleh penyidik yang dilengkapi dengan foto para saksi. Kata-kata kasar pun meluncur dari mulut penyidik. “Oh, ini ya, preman-preman dari Jakarta?” ujar Rusdi menirukan.
Usai diperiksa, Rusdi bingung keheranan, kenapa dirinya yang membantu memadamkan api justru dicurigai sebagai preman pelaku pembakaran. “Sungguh aneh apa yang dilakukan aparat itu. Mereka bukannya mengejar dan mencari pelaku pembakaran rumah warga Muslim, malah memeriksa warga Muslim yang melakukan pemadaman api. Saya yang membantu memadamkan api kok saya yang dicurigai sebagai pelaku?” kesalnyaSUMBER