Home »
The real teroris
» Tentara AS Pembunuh Warga Afghanistan Ogah Mengaku
Tentara AS Pembunuh Warga Afghanistan Ogah Mengaku
Written By ASEP KUMIS on Senin, 31 Oktober 2011 | 10/31/2011 02:46:00 AM
Calvin Gibbs, prajurit Amerika Serikat berpangkat sersan yang diadili karena membunuhi warga sipil Afghanistan menyangkal semua dakwaan yang dituduhkan jaksa kepadanya.
Menurut jaksa penuntut umum, Calvin Gibbs adalah pemimpin "tim pembunuh" beranggotakan prajurit Amerika Serikat di Afghanistan, yang membunuhi rakyat Afghanistan tanpa alasan.
Jum'at kemarin, sebagaimana dilansir Radio Nederland, Sabtu (29/10/2011) Gibbs muncul untuk pertama kalinya di persidangan. Dia diancam hukuman seumur hidup.
Tiga pelaku lainnya sudah mengaku bersalah. Mereka mengatakan telah menembak warga Afghanistan untuk senang-senang dan melempari mereka dengan granat dengan sengaja diawal tahun 2010. Jari-jari warga Afghanistan itu lalu dipotong. Mereka juga membuat foto dengan salah satu jasad warga yang ada bak berpose dengan binatang hasil pemburuan.
Awal Januari 2011, Guardian menurunkan laporan tentang penyelidikan yang dilakukan oleh militer Amerika Serikat terhadap sebuah brigade dalam angkatan darat, yang diduga menjalankan sebuah "tim pembunuh" dengan tugas menjagal warga sipil Afghanistan.
Seorang brigadir jenderal menjalani pemeriksaan dari "atas ke bawah" setelah lima dari anggota Brigade Stryker 5 akan diajukan ke meja hijau awal tahun ini, karena terlibat pembunuhan tiga warga sipil Afghanistan, melakukan mutilasi anggota tubuh para korban dan mengumpulkan jari dan tengkorak mayat sebagai trofi.
Di antara permasalahan yang diangkat dalam pemeriksaan itu adalah kegagalan para komandan mengatasi kasus tesebut padahal aksi biadab itu ramai dibicarakan di kalangan prajurit.
Calvin Gibbs, pemimpin kelompok eksekutor yang digambarkan sebagai pasukan maut yang bertugas di Provinsi Kandahar selatan Afghanistan, menjadi tersangka perencana pembunuhan warga sipil dengan menggunakan granat dan senapan, lalu memanipulasi kematian mereka dengan menyebutnya sebagai korban resmi di medan perang. Pria berusia 26 tahun itu menolak dakwaan tiga pembunuhan dan tindak kriminal lainnya.
Empat prajurit lainnya dituntut karena terlibat setidaknya dalam satu dari tiga pembunuhan yang terjadi dalam kurun waktu lebih dari 5 bulan di tahun 2010 itu. Termasuk di antara mereka adalah Prajurit Kepala Adam Winfield. Pembicaraan Winfield di Facebook dengan ayahnya, Christopher, tentang persetujuan para prajurit atas aksi pembunuhan tersebut dibeberkan oleh pengacaranya.
Benci orang Afghanistan
Sebagaimana dilansir Guardian (01/2011), dalam obrolannya Winfield bercerita bahwa semua prajurit Amerika itu tidak peduli dan tidak ada yang menentang aksi pembunuhan warga sipil Afghanistan. Mereka semua tahu bahwa aksi pembunuhan itu direncanakan.
Winfield menulis, "Semuanya ingin membunuh orang dengan cara apapun. Mereka tidak peduli." Katanya, tentara (AD) penuh dengan gerombolan "scumbags", bajingan.
Orangtua Winfield kemudian menghubungi pihak militer terkait pembunuhan-pembunuhan itu. Putranya kemudian mengaku menembakkan senjatanya ke arah orang Afghanistan ketiga, yang dua bulan setelahnya disangka orang menjadi korban pembunuhan.
Kepada para penyidik, saat interogasi yang direkam dan videonya ditampilkan dalam sesi dengar pendapat pra-peradilan, Winfield mengatakan bahwa Calvin Gibbs membentuk "tim pembunuh".
Prajurit lainnya Jeremy Morlock, yang menjadi terdakwa di pengadilan militer dalam ketiga kasus pembunuhan, juga menunjuk Gibbs sebagai orang yang mengatur pembunuhan-pembunuhan warga sipil Afghanistan.
"Gibbs memiliki kebencian yang murni atas semua orang Afghanistan dan terus-menrus menyebut mereka sebagai sampah," kata Morlock.
Tujuh prajurit lainnya didakwa dengan dakwaan yang lebih ringan, termasuk di antaranya penggunaan narkoba, mengoleksi bagian tubuh korban sebagai suvenir dan menutup-nutupi kasus pembunuhan.
Gibbs diduga menyimpan tulang-tulang jari, kaki dan gigi dari mayat-mayat orang Afghanistan. Seorang prajurit lain disebut-sebut mengoleksi sebuah tengkorak manusia.
Beberapa prajurit juga dituntut karena mengambil gambar dengan pose di samping mayat korbannya, seakan-akan mereka sedang dalam permainan berburu. Sejauh ini pihak militer menolak menampilkan foto-foto yang menjadi bukti tersebut, karena takut akan memicu pembalasan terhadap pasukan mereka di Afghanistan.
Awal bulan Desember 2010, salah satu prajurit yang didakwa, Kopral Kepala Robert Stevens, mengajukan tawaran pengakuan bersalah kepada jaksa penuntut. Dia diputuskan bersalah karena melakukan tindakan berlebihan dalam dua kasus pembunuhan dan dihukum 9 bulan penjara, setelah menyatakan setuju untuk menjadi saksi yang memberatkan atas 10 prajurit lain yang menjadi anggota di kesatuannya. Dia juga mengaku bersalah karena telah berbohong mengenai tindak kriminal yang dilakukannya serta mengaku lalai dalam tugas. Stevens juga menghadapi tuntutan yang bisa membawanya mendekam di penjara hingga 19 tahun.*
Keterangan foto: Calvin Gibbs dalam salah satu posenya dengan mayat seorang pria muda warga sipil Afghanistan.
sumber
Label:
The real teroris