Zionis Yakin, 200 Persen Roket Qassam akan Menusuk Israel
Written By ASEP KUMIS on Kamis, 27 Oktober 2011 | 10/27/2011 03:39:00 AM
-Menteri Luar Negeri Israel, Avigdor Lieberman, menuntut pengunduran diri Pemimpin Otorita Ramallah, Mahmud Abbas, dan menilainya sebagai pemimpin Palestina terburuk dan penghalang perdamaian. Lieberman juga menyatakan bahwa Tel Aviv tidak akan menghentikan pembangunan permukimannya.
Kantor berita Fars News (25/10/2011) melaporkan, menteri Israel yang radikal itu bahkan menuding Mahmud Abbas yang politiknya seiring dengan Tel Aviv, sebagai penghalang dan menilai bangsa Palestina "belum cukup matang" untuk membentuk sebuah negara independen. Ia juga mengklaim bahwa pembangunan permukiman Zionis bukan penghalang terwujudnya perdamaian dan orang-orang Israel tidak mungkin akan menghentikannya.
Dalam konferensi persnya hari Senin, ia menyebut Abbas sebagai penghalang perundingan damai antara Palestina dan Israel, serta berharap Abbas segera mengundurkan diri.
"Abbas adalah pemimpin Palestina terburuk dan selalu mengancam akan mengundurkan diri. Semoga dia cepat mundur, siapa saja yang menggantikannya pasti akan lebih baik. Saat ini Abbas sibuk dengan urusan pribadinya."
Ia juga mengatakan, bahwa tokoh PLO dukungan Israel ini sebagai pejabat yang hanya memikirkan kedudukannya.
Kekecewaan Zionis nampaknya terjadi karena PLO dan Abbas yang diharapkan bisa menggeser peran Hamas namun mulai terus kalah pamor.
"Abbas ingin mencatat dirinya sebagai tokoh yang ikut membentuk negara Palestina dan menjadi seseorang yang mendamaikan seluruh kelompok di dalam negeri. Akan tetapi pertanyaannya adalah jika Palestina merdeka, maka siapa yang akan menjamin roket-roket Qassam, tidak akan menghantam kota Israel," ujarnya dikutip Irib.
"Saya yakin jika tanggung jawab keamanan (di Tepi Barat) tidak kami pegang, maka kurang dari satu tahun, kami akan menyaksikan rudal-rudal Qassam akan di jantung Israel, saya yakin 200 persen," tegas Lieberman.
Pertukaran Grapel
Di tempat berbeda, kabinet keamanan Zionis Israel telah menyetujui kesepakatan pertukaran dengan Kairo, di mana 25 tahanan Mesir akan ditukarkan dengan seorang mata-mata Zionis.
Seperti diketahui, mata-mata Israel, Ilan Grapel ditangkap pada 12 Juni di sebuah hotel terkenal di Kairo dengan sebuah laptop dan tiga telepon seluler yang berisi informasi rahasia. Tersangka 27 tahun itu dituduh mengumpulkan informasi tentang perkembangan di Mesir selama revolusi rakyat, yang menggulingkan rezim pro-Israel Husni Mubarak.
Grapel dituduh menghasut ketegangan sektarian di kalangan pemuda di ibukota Mesir dan mendesak mereka untuk terlibat dalam bentrokan dengan pasukan keamanan.
Benjamin Netanyahu mengumumkan kesepakatan pertukaran pada Senin dan itu disetujui dalam rapat kabinet bidang keamanan pada Selasa.
Sementara itu, dari kubu Mesir terdapat tiga anak-anak di antara 25 warga Mesir yang akan dibebaskan. Sebagian besar warga Mesir yang ditetapkan untuk dibebaskan, dipenjara atas tuduhan penyelundupan obat terlarang atau senjata dengan hukuman maksimum sekitar 10 tahun penjara.
Grapel, yang bertugas di militer Israel selama perang melawan Lebanon pada tahun 2006, diharapkan akan dibebaskan pada hari Kamis
sumber
Label:
PALESTINA