Ambon - Gerakan Kristenisasi telah menggurita di segenap penjuru di negeri yang penduduknya mayoritas muslim ini. Berbagai fakta dari gerakan Kristenisasi tersebut telah banyak diungkap oleh organisasi massa Islam dan diketahui oleh publik di negeri ini.
Yang belum banyak diketahui oleh kaum Muslimin di Indonesia adalah adanya gerakan Kristenisasi di Maluku terutama Ambon, daerah yang berulangkali dilanda konflik bernuansa SARA tersebut. Beberapa waktu yang lalu, Voa-Islam pernah mengetengahkan fakta di Kota Ambon akan adanya orang-orang muslim yang murtad, berpindah agama menjadi Nasrani, yaitu di daerah Talake dan Waihaong.
Kali ini Voa-Islam akan memaparkan temuan terbaru tentang gerakan pemurtadan (Kristenisasi) di Desa Nania, kecamatan Teluk Ambon Baguala, Kotamadya Ambon. Desa Nania berjarak kurang lebih 20 Km dari pusat kota Ambon. Desa ini dihuni oleh dua komunitas Islam dan Kristen dengan perbandingan Muslim 75 % sedangkan Nasrani 25 %.Namun demikian, jabatan kepala desa justru dijabat oleh orang Nasrani.
Gerakan Kristenisasi di Desa Nania terbilang cukup gencar dan berhasil dilihat dari jumlah orang yang berhasil di Kristenkan. Hampir seluruh korban Kristenisasi adalah perempuan. Modus yang dipakai oleh Salibis dalam melancarkan gerakannya tidak berbeda dengan Kristenisasi di tempat lain di Maluku, yaitu melalui pacaran, kemudian dihamili, baru setelah itu dinikahi. Awalnya, si laki-laki mau menikah dengan cara Islam, tapi dikemudian hari justru si wanita (muslimah) yang murtad menjadi Kristen.
Muslimah yang Murtad
Beberapa nama yang berhasil dihimpun oleh Voa Islam melalui investigasi diyakini, bahwa diantara mereka yang telah murtad adalah:
1. Ny NSB (36 tahun) yang menikah dengan pria Nasrani bernama AP. Wanita ini adalah anak seorang muadzin (orang setempat menyebutnya bapak Mudin). Keterangan dari sumber Voa Islam menyebutkan, bahwa Ny NSB pada masa gadisnya dikenal kecantikannya sehingga dianggap sebagai kembang desa. Berawal dari pergaulannya dengan orang-orang Kristen akhirnya ia berpacaran dengan Pria Kristen, kemudian menikah dan murtad menjadi Kristen. Ny NSB sekarang tinggal bersama suaminya di Desa Nania bagian wilayah komunitas Kristen.
2. Ny R (40 tahun), wanita yang telah dikaruniai tiga orang anak ini murtad menjadi Nasrani juga setelah menikah dengan pria Nasrani bernama YP. Ny R dan keluarganya masih menetap di Desa Nania.
3. Ny TM (35 tahun),wanita ini murtad menjadi Nasrani setelah menikah dengan seorang tukang ojek bernama A. Keluarga Nasrani ini sekarang telah mempunyai dua orang anak dan berdomisili di Desa Nania.
4. Ny A (40 tahun).Sebelum murtad Ny A bersuami seorang muslim dan dikaruniai dua orang anak. Ia menjadi murtad setelah selingkuh dengan anak angkatnya sendiri seorang pria Kristen bernama NP. Setelah perselingkuhannya terbongkar Ny A lari dengan NP meninggalkan suaminya yang muslim dan menikah secara Kristen dengan NP, dan kini ia menjadi penganut Kristen. Dari pernikahnnya dengan NP ini Ny A memiliki 2 orang anak. Salah satu anak perempuan Ny A dengan suaminya yang pertama bernama A, sudah dua tahun ini A menghilang lari bersama seorang Pria Kristen.
5. Ny EM (33 tahun). Ketika kerusuhan tahun 1999 Ny EM yang ketika itu masih gadis mengungsi di Desa Halong tempat Pangkalan Utama Angkatan Laut berada. Halong sendiri termasuk desa yang sebagian besar penduduknya beragama Nasrani. Di tempat pengungsian inilah Ny EM murtad menjadi Nasrani setelah menikah dengan pria Nasrani. Kini Ny EM tinggal di Halong bersama suaminya. Sumber Voa Islam belum berhasil mendapatkan nama suami dari Ny EM.
6. Ny H (40 tahun), ia seorang janda dengan 3 orang anak. Ny H murtad menjadi Nasrani setelah menikah dengan Pria Nasrani. Dua orang anak Ny H tetap beragama Islam sedangkan seorang anaknya yang lain mengikuti jejak ibunya murtad menjadi Nasrani.
7. Ny E (45 tahun), murtad menjadi Nasrani setelah menikah dengan Pria Nasrani bernama JS. Sekarang Ny E bertempat tinggal bersama suaminya di permukiman Kristen Desa Passo Batu Gong. Keluarga ini telah memiliki 3 orang anak, 2 orang anaknya beragama Kristen dan yang satu orang beragama Islam.
8. Ny S (26 tahun). Awalnya ia menjadi murtad ketika S masih gadis ia pindah rumah tinggal bersama tantenya di Mangole Maluku Utara. Di Mangole inilah S murtad menjadi Nasrani setelah menikah dengan seorang anak pendeta dari Manado.Sumber Voa Islam tidak mengetahui nama suami dari Ny S.Akan tetapi sejak Ny S murtad dan menikah pernah mengunjungi keluarganya di Desa Nania.
9. Ny A (27 tahun), Ny A yang berasal dari keluarga Muslim ini murtad menjadi Nasrani setelah menikah dengan seorang anggota polisi Nasrani. Ny A yang telah memiliki seorang anak ini kini berdomisili di Saumlaki Maluku Tenggara Barat menemani suaminya yang bertugas sebagai polisi disana.
10. Keluarga DP yang terdiri dari suami,istri dan beberapa anaknya murtad menjadi Nasrani.Keluarga ini menjadi RMS (Ramai-ramai Masuk Sarani=Nasrani) diawali ketika anak perempuan DP yang bernama Y menikah dengan seorang pria Nasrani. Setelah pernikahan Y dengan pria Nasrani kemudian disusul dengan adik-adik perempuan Y juga menikah dengan pria-pria Kristen.Yang kemudian adik laki-laki Y yang lain juga murtad menjadi Nasrani. Keluarga DP yang berasal dari makassar inipun akhirnya seluruhnya murtad menjadi Nasrani dan mereka sekarang menetap di Passo (kampung Kristen).DP sendiri telah meninggal beberapa tahun lalu dalam keadaan beragama Kristen.
Data yang ada ini hanyalah sebagian kecil dari kenyataan sebenarnya, karena investigasi yang dilakukan oleh Voa Islam dengan dibantu oleh beberapa pemuda Nania baru sebatas tidak lebih dari 50 % wilayah desa Nania. Masih ada beberapa wilayah Desa Nania yang belum diinvestigasi yang menurut kabar dari masyarakat setempat di wilayah-wilayah tersebut juga banyak orang Islam yang ikut RMS (Ramai-ramai Menjadi Sarani=Nasrani).
Gencarnya gerakan Kristenisasi di Ambon yang amat sangat, tentunya sangat mengkhawatirkan kita. Dan persoalan ini hendaknya menjadi tanggung jawab para tokoh umat Islam, ormas Islam seperti MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan juga segenap kaum Muslimin.
Sayangnya pada hari ini masyarakat muslim Ambon belum melihat ada upaya dari MUI untuk menangkal gerakan pemurtadan dan upaya pembinaan terhadap aqidah umat. Padahal seharusnya Ulama berperan sebagai pelayan dan penjaga umat dan bukan menjadi pelayan dan penjaga penguasa. Akankah kita biarkan umat Islam Maluku terus digerogoti oleh gerakan makar Salibis?
sumber
Yang belum banyak diketahui oleh kaum Muslimin di Indonesia adalah adanya gerakan Kristenisasi di Maluku terutama Ambon, daerah yang berulangkali dilanda konflik bernuansa SARA tersebut. Beberapa waktu yang lalu, Voa-Islam pernah mengetengahkan fakta di Kota Ambon akan adanya orang-orang muslim yang murtad, berpindah agama menjadi Nasrani, yaitu di daerah Talake dan Waihaong.
Kali ini Voa-Islam akan memaparkan temuan terbaru tentang gerakan pemurtadan (Kristenisasi) di Desa Nania, kecamatan Teluk Ambon Baguala, Kotamadya Ambon. Desa Nania berjarak kurang lebih 20 Km dari pusat kota Ambon. Desa ini dihuni oleh dua komunitas Islam dan Kristen dengan perbandingan Muslim 75 % sedangkan Nasrani 25 %.Namun demikian, jabatan kepala desa justru dijabat oleh orang Nasrani.
Gerakan Kristenisasi di Desa Nania terbilang cukup gencar dan berhasil dilihat dari jumlah orang yang berhasil di Kristenkan. Hampir seluruh korban Kristenisasi adalah perempuan. Modus yang dipakai oleh Salibis dalam melancarkan gerakannya tidak berbeda dengan Kristenisasi di tempat lain di Maluku, yaitu melalui pacaran, kemudian dihamili, baru setelah itu dinikahi. Awalnya, si laki-laki mau menikah dengan cara Islam, tapi dikemudian hari justru si wanita (muslimah) yang murtad menjadi Kristen.
Muslimah yang Murtad
Beberapa nama yang berhasil dihimpun oleh Voa Islam melalui investigasi diyakini, bahwa diantara mereka yang telah murtad adalah:
1. Ny NSB (36 tahun) yang menikah dengan pria Nasrani bernama AP. Wanita ini adalah anak seorang muadzin (orang setempat menyebutnya bapak Mudin). Keterangan dari sumber Voa Islam menyebutkan, bahwa Ny NSB pada masa gadisnya dikenal kecantikannya sehingga dianggap sebagai kembang desa. Berawal dari pergaulannya dengan orang-orang Kristen akhirnya ia berpacaran dengan Pria Kristen, kemudian menikah dan murtad menjadi Kristen. Ny NSB sekarang tinggal bersama suaminya di Desa Nania bagian wilayah komunitas Kristen.
2. Ny R (40 tahun), wanita yang telah dikaruniai tiga orang anak ini murtad menjadi Nasrani juga setelah menikah dengan pria Nasrani bernama YP. Ny R dan keluarganya masih menetap di Desa Nania.
3. Ny TM (35 tahun),wanita ini murtad menjadi Nasrani setelah menikah dengan seorang tukang ojek bernama A. Keluarga Nasrani ini sekarang telah mempunyai dua orang anak dan berdomisili di Desa Nania.
4. Ny A (40 tahun).Sebelum murtad Ny A bersuami seorang muslim dan dikaruniai dua orang anak. Ia menjadi murtad setelah selingkuh dengan anak angkatnya sendiri seorang pria Kristen bernama NP. Setelah perselingkuhannya terbongkar Ny A lari dengan NP meninggalkan suaminya yang muslim dan menikah secara Kristen dengan NP, dan kini ia menjadi penganut Kristen. Dari pernikahnnya dengan NP ini Ny A memiliki 2 orang anak. Salah satu anak perempuan Ny A dengan suaminya yang pertama bernama A, sudah dua tahun ini A menghilang lari bersama seorang Pria Kristen.
5. Ny EM (33 tahun). Ketika kerusuhan tahun 1999 Ny EM yang ketika itu masih gadis mengungsi di Desa Halong tempat Pangkalan Utama Angkatan Laut berada. Halong sendiri termasuk desa yang sebagian besar penduduknya beragama Nasrani. Di tempat pengungsian inilah Ny EM murtad menjadi Nasrani setelah menikah dengan pria Nasrani. Kini Ny EM tinggal di Halong bersama suaminya. Sumber Voa Islam belum berhasil mendapatkan nama suami dari Ny EM.
6. Ny H (40 tahun), ia seorang janda dengan 3 orang anak. Ny H murtad menjadi Nasrani setelah menikah dengan Pria Nasrani. Dua orang anak Ny H tetap beragama Islam sedangkan seorang anaknya yang lain mengikuti jejak ibunya murtad menjadi Nasrani.
7. Ny E (45 tahun), murtad menjadi Nasrani setelah menikah dengan Pria Nasrani bernama JS. Sekarang Ny E bertempat tinggal bersama suaminya di permukiman Kristen Desa Passo Batu Gong. Keluarga ini telah memiliki 3 orang anak, 2 orang anaknya beragama Kristen dan yang satu orang beragama Islam.
8. Ny S (26 tahun). Awalnya ia menjadi murtad ketika S masih gadis ia pindah rumah tinggal bersama tantenya di Mangole Maluku Utara. Di Mangole inilah S murtad menjadi Nasrani setelah menikah dengan seorang anak pendeta dari Manado.Sumber Voa Islam tidak mengetahui nama suami dari Ny S.Akan tetapi sejak Ny S murtad dan menikah pernah mengunjungi keluarganya di Desa Nania.
9. Ny A (27 tahun), Ny A yang berasal dari keluarga Muslim ini murtad menjadi Nasrani setelah menikah dengan seorang anggota polisi Nasrani. Ny A yang telah memiliki seorang anak ini kini berdomisili di Saumlaki Maluku Tenggara Barat menemani suaminya yang bertugas sebagai polisi disana.
10. Keluarga DP yang terdiri dari suami,istri dan beberapa anaknya murtad menjadi Nasrani.Keluarga ini menjadi RMS (Ramai-ramai Masuk Sarani=Nasrani) diawali ketika anak perempuan DP yang bernama Y menikah dengan seorang pria Nasrani. Setelah pernikahan Y dengan pria Nasrani kemudian disusul dengan adik-adik perempuan Y juga menikah dengan pria-pria Kristen.Yang kemudian adik laki-laki Y yang lain juga murtad menjadi Nasrani. Keluarga DP yang berasal dari makassar inipun akhirnya seluruhnya murtad menjadi Nasrani dan mereka sekarang menetap di Passo (kampung Kristen).DP sendiri telah meninggal beberapa tahun lalu dalam keadaan beragama Kristen.
Data yang ada ini hanyalah sebagian kecil dari kenyataan sebenarnya, karena investigasi yang dilakukan oleh Voa Islam dengan dibantu oleh beberapa pemuda Nania baru sebatas tidak lebih dari 50 % wilayah desa Nania. Masih ada beberapa wilayah Desa Nania yang belum diinvestigasi yang menurut kabar dari masyarakat setempat di wilayah-wilayah tersebut juga banyak orang Islam yang ikut RMS (Ramai-ramai Menjadi Sarani=Nasrani).
Gencarnya gerakan Kristenisasi di Ambon yang amat sangat, tentunya sangat mengkhawatirkan kita. Dan persoalan ini hendaknya menjadi tanggung jawab para tokoh umat Islam, ormas Islam seperti MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan juga segenap kaum Muslimin.
Sayangnya pada hari ini masyarakat muslim Ambon belum melihat ada upaya dari MUI untuk menangkal gerakan pemurtadan dan upaya pembinaan terhadap aqidah umat. Padahal seharusnya Ulama berperan sebagai pelayan dan penjaga umat dan bukan menjadi pelayan dan penjaga penguasa. Akankah kita biarkan umat Islam Maluku terus digerogoti oleh gerakan makar Salibis?
sumber