Di antara kelompok ulama dan komandan mujahidin Al-Qaeda yang menyertai syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah dalam  waktu yang sangat lama dan sampai hari ini masih meneruskan jihad fi  sabilillah melawan aliansi zionis-salibis internasional, syaikh Dr.  Aiman Azh-Zhawahiri mungkin nama yang paling menonjol. Selain saat ini  menjadi pemimpin tertinggi mujahidin Al-Qaeda, beliau sejak tahun 1996  turut membidani lahirnya front perlawanan Islam semesta terhadap aliansi  zionis-salibis internasional.Sebagai tangan kanan syaikh  Usamah, beliau memiliki banyak kenangan selama hidup bersama sang  pendiri Al-Qaeda. Kenangan-kenangan itulah yang dituturkannya kepada  umat Islam, sesuai permintaan para ikhwah mujahidin, sebagai bentuk  ketulusan kepada jihad syaikh Usamah. Yayasan media As-Sahab merilis  video syaikh Dr. Aiman Azh-Zhawahiri tersebut pada tanggal 16 November  2011 dengan judul ‘Ayyamun ma’al Imam’. Situs Arrahmah.com menerjemahkannya untuk para pembaca. Semoga bermanfaat.   
بسم الله الرحمن الرحيم 
HARI-HARI BERSAMA SANG IMAM (1)
Oleh:
Dr. Syaikh Aiman Azh-Zhowahiri 
  Dipublikasikan oleh Media As-Sahab
20 Dzulhijjah 1432 H
16 November 2011 M
Dengan nama Allah … segala puji  bagi Allah … Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada  Rasulullah, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti  beliau.
Ikhwah sekalian, kaum muslimin di manapun antum berada: As Salamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Wa ba’du:
 Ikhwan-ikhwan telah meminta  kepadaku — semoga Allah memberikan pahala yang baik kepada mereka — agar  saya bercerita tentang beberapa kenanganku bersama sang Imam dan  pembaharu, seorang Syaikh dan Mujahid, yang menghidupkan kembali  kewajiban jihad pada jaman ini, sang singa Islam, Syaikh Usamah bin  Ladin — semoga Allah merahmati beliau —. Para Ikhwah juga meminta saya  agar bercerita tentang sisi kemanusiaan dalam keseharian beliau, yang  bisa jadi tidak diketahui oleh seluruh kaum muslimin. Sisi yang penting  dan mulia ini, yang mana semua orang yang pernah hidup bersama manusia  satu ini mendapat kemuliaan dengan berkesempatan bergaul dengan beliau.  Seorang manusia yang memiliki akhlak yang luhur, perasaan yang mulia,  dermawan dan lapang dada.
Sebenarnya saya — al hamdulillah  — telah mendapat kemuliaan dari Allah dengan bergaul bersama laki-laki  ini dalam waktu yang cukup lama, baik ketika bepergian maupun ketika  menetap, dan juga dalam berbagai macam kondisi. Al Hamdulillah,  saya telah melihat sendiri sisi-sisi kehidupan beliau yang sangat agung  dan mulia. Saya ingin menceritakan sebagiannya kepada ikhwah sekalian,  kaum muslimin, sebagaimana permintaan para ikhwan.
Saya sendiri meminta kepada para  ikhwah agar saya bercerita secara lepas, yakni sesuai dengan apa yang  muncul dalam perasaan, karena kenangan bersama Syaikh Usmah ini — masya Allah — sangat  banyak dan bermacam-macam, di mana terdapat banyak sekali hikmah,  pelajaran dan arahan-arahan yang beliau berikan. Beberapa di antaranya  telah saya tulis dalam beberapa poin dalam kertas, dan insya Allah  saya akan ceritakan kepada antum kenangan-kenangan baik yang saya ingat  dalam kesempatan ini. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan kepada kita  dan memberikan kesempatan-kesempatan lain untuk bercerita tentang  kemuliaan laki-laki mulia ini.
Di antara yang paling penting  dari sifat beliau yang dirasakan semua orang yang bergaul dengan beliau —  semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya yang luas kepada beiau dan  menyusulkan kita dengan beliau di surga Firdaus yang paling tinggi —  adalah bahwa beliau ini sangat tulus kepada para ikhwah beliau. Beliau  selalu mengingatkan para ikhwah agar berbuat kebaikan dan senantiasa  meluruskan perbuatan-perbuatan mereka.
Memang Syaikh Usamah adalah orang  yang berakhlak mulia, santun, bukan orang dungu, bukan orang yang  bersuara keras dan juga bukan orang yang jahil. Akan tetapi beliau  sangat bersedih apabila beliau merasakan ada ikhwah beliau dalam jihad  ini yang didholimi, atau belum mendapatkan haknya secara layak. Dan  memang, di antara ikhwah yang pernah hidup bersama beliau — semoga Allah  merahmati mereka semua — adalah Asy Syahid Abu Ubaidah  Al-Bansyiri. Beliau ibarat sebuah gunung dalam jihad di jaman ini, yang  belum memperoleh haknya secara layak untuk dikenalkan. Juga Fadlilatusy  Syaikh Abu Hafsh Al-Mishri, sang komandan dan mujahid, atau yang  dikenal dengan Abu Hafsh Al-Kumandani — semoga Allah merahmati beliau  dan juga para syuhada’ yang lain —. Syaikh Usamah selalu menceritakan  kebaikan mereka dan mendoakan mereka agar dirahmati Allah. Saya ingat  suatu saat beliau mengatakan kepadaku: “Segala puji bagi Allah  yang  telah mendatangkanku ke bumi jihad sehingga saya dapat berkenalan dengan  Abu Ubaidah”. Saya ingat, di masa serangan yang dilancarkan Amerika  Salibis terhadap Afghanistan ini, beliau pernah membaca di beberapa  media reportase yang mencibir dua singa dan dua pahlawan besar yang  mulia tersebut. Maka beliau pun mengirim surat kepada saya dan  mengatakan: “Bantahlah mereka yang mencibir dua saudara kita ini!” Saya  sendiri telah menyebutkan sebagian dari keutamaan yang dimiliki kedua  ikhwah tersebut dalam pembicaraanku dan dalam buku Fursan Tahta Rayatin Nabi cetakan II.
Selain  itu Syaikh Usamah — semoga Allah merahmati beliau — juga banyak  bercerita tentang Syaikh Abdullah Azzam, seorang Syaikh, imamul jihad di  jaman ini, semoga Allah merahmati beliau, tentang kebaikannya dan  selalu memuji beliau. Syaikh Usamah bin Ladin pernah mengatakan bahwa  orang ini (Syaikh Abdullah Azzam) telah menghidupkan kembali jihad di  jaman ini. Dan Syaikh Usamah sering kali memuji beliau Selain itu Syaikh Usamah juga  sering mengatakan yang baik-baik dan terbawa perasaan beliau ketika  bercerita tentang 19 ikhwah yang telah melakukan serangan terhadap  berhala Hubal jaman ini, Amerika, di Pentagon — markas militer — dan New  York — simbol kedikdayaan ekonominya —. Sementara pesawat yang keempat  tengah menuju Gedung Putih atau ke Gedung Kongres. Beliau menceritakan  tentang mereka dengan penuh ketulusan. Saya, dan juga antum, ingat bahwa  pesan yang pertama kali syaikh Usamah sampaikan setelah dimulainya  serangan Salibis di Tora Bora.  Dalam pesannya itu beliau menyampaikan kata-kata dukungan kepada 19  ikhwah tersebut. Antum semua juga ingat bagaimana penampilan Syaikh  Usamah dalam menyampaikan pesan pertamanya itu, kelihatan beliau sangat  lelah, capek, lesu dan seterusnya. Kondisi semacam ini kami semua  mengalaminya lantaran cuaca yang sangat-sangat dingin ditambah lagi  makanan yang sedikit dan kurang tidur, persediaan air sangat kurang dan  air membeku. Sampai-sampai air yang berada 500 m (di bawah puncak gunung  Tora Bora) pun juga telah membeku. Dalam kondisi yang sangat berat  seperti ini, sementara musuh bersama orang-orang munafik mengepung kami,  kaum Salib membombardar dari atas, namun Syaikh Usamah tetap bersikukuh  untuk merekam pesan-pesan beliau sebagai bentuk kesetiaan beliau  terhadap 19 ikhwah tersebut. Seolah beliau khawatir syahid menjemput  beliau di tempat tersebut sementara beliau belum sempat menyampaikan  dukungan beliau terhadap para ikhwah perwira tersebut.

Syaikh  Sulaiman Abu Ghaits, Syaikh Usamah bin Ladin, Syaikh Aiman Adh  Dhawahiri, dan Syaikh Abu Hafs Al Misri, di Tora Bora pada tanggal 20  Rajab 1422 H / 7 Oktober 2001 M
Tentu, insya Allah dalam  kesempatan lain saya akan  kembali untuk bercerita tentang Tora Bora  dengan berbagai sikap kepahlawanan dan teladan-teladan indah yang  dipersembahkan oleh para pemuda Islam di Tora Bora, dan insya Allah kami  akan bercerita lebih rinci masalah ini. Di Tora Bora kami semua sudah  pasrahkan semua urusan kami kepada Allah SWT. Musuh — orang-orang  munafik — mengepung kami, sementara NATO membombardir kami dari atas.  Kami membayangkan bahwa bumi ini akan menjadi arang setiap saat.  Sementara para ikhwah telah menyiapkan diri mereka untuk berperang  sampai mati. Namun tentu saja, akan kami ceritakan nanti, ternyata  ketakutan kaum Salib sangatlah besar. Mereka ketakutan meskipun mereka  memiliki kekuatan yang selalu mereka bangga-banggakan, bahwa mereka  adalah bangsa paling perkasa dalam sepanjang sejarah manusia. Para  penggemar film Hollywood itu takut semua untuk masuk wilayah Tora Bora  yang ditempati 300 singa Islam. Inilah salah satu sebab Allah  mentakdirkan Syaikh Usamah bin Ladin keluar untuk melanjutkan lagi  pertempuran dan pertarungan dengan bangsa Salib itu. Hal itu supaya  seluruh kaum muslimin paham bahwa Allah SWT itu Mahakuasa, dan bahwa  Allah SWT sendiri telah menjelaskan perihal siapa sejatinya para Salibis  tersebut. Allah SWT berfirman:
(إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللهِ مَا لَا يَرْجُونَ).
Jika kalian merasa sakit maka  sesungguhnya mereka pun merasakan sakit sebagaimana kalian merasa  sakit. Namun kalian memiliki harapan dari Allah sementara mereka tidak. (QS. An-Nisa’ (4): 104)
Intinya, dalam kondisi yang sulit  ini Syaikh Usamah terus bersikukuh untuk merekam pesan-pesannya  meskipun dalam kondisi sebagaimana yang antum lihat sendiri, sebagai  bentuk kesetiaan beliau kepada 19 ikhwah tersebut.
Setelah itu, setelah Syaikh  Usamah — semoga Allah merahmati beliau — keluar dari Tora Bora, pesan  pertama kali yang beliau sampaikan adalah beliau menjelaskan satu  persatu nama 19 ikhwah tersebut.

Syaikh Usamah bin Ladin — semoga  Allah merahmati beliau — sangat setia dan tulus terhadap Syaikh Abu  Abdur Rahman Al-Kindi. Syaikh Usamah pernah mengirim surat kepada saya  dan mengatakan: “Ceritakan apa-apa saja yang dilakukan orang ini supaya semua orang mengenalnya dan mengenal jasa-jasanya!” Maka  saya ceritakan itu di salah satu pesan saya. Di sana saya ceritakan  tentang hijrah beliau, kedermawanan beliau, kebaikan beliau, dan bahwa  beliau terbunuh dalam kondisi menghadapi musuh, tidak lari ke belakang  dalam perang melawan kaum Salib.
Syaikh Usamah juga sangat tulus  dan setia dengan Syaikh Ibnusy Syaikh Al-Libi — semoga Allah  merahmatinya —. Syaikh Usamah pernah mengatakan kepadaku: “Orang ini  telah mengorbankan dirinya untuk kita.” Karena Syaikh Ibnusy Syaikh Al  Libi … mungkin akan saya ceritakan lagi insya Allah ketika membahas  kronologi yang lebih rinci tentang Tora Bora, jika Allah mengijinkan …  Komandan militer pasukan Islam yang berjihad di Tora Bora adalah Syaikh  Ibnusy Syaikh Al-Libi. Syaikh Usamah menyerahkan usaha mengeluarkan  sebagian besar ikhwah dari Tora Bora kepada Syaikh Ibnusy Syaikh Al  Libi, sebagaimana yang akan saya ceritakan secara lebih rinci nanti  insya Allah, bagaimana kecerdasan Syaikh Ibnusy Syaikh Al Libi di bidang  strategi dan lapangan, lantaran karunia Allah semata. Syaikh Ibnusy  Syaikh Al-Libi diserahi tanggung jawab untuk mengeluarkan mereka dari  Tora Bora ke Pakistan. Tugas yang sangat-sangat berat dan penting ini  pun berhasil beliau laksanakan dengan sukses, dalam situasi yang sangat  berat, cuaca yang sangat dingin dan dalam keadaan dikepung. Beliau  meloloskan diri bersama mereka dari kepungan orang-orang munafik. Beliau  meloloskan diri bersama mereka di bawah hujan bom yang dihamburkan oleh  bangsa Salib yang mana pada saat itu telah menguasai seluruh wilayah  Afghanistan dan tinggal Tora Bora saja yang belum mereka kuasai, yang  saat itu tengah mereka gempur. Beliau berhasil lolos bersama mereka ke  wilayah perbatasan Pakistan. Sementara di Pakistan kaum Salib tidak  berhasil menangkap para ikhwah tersebut kecuali dengan bantuan  pengkhianatan yang dilakukan beberapa kabilah Pakistan — dan kisah ini  sudah umum diketahui —. Intinya ketika Syaikh Ibnusy Syaikh Al-Libi  ditempatkan di penjara Kuhat, beliau membawa uang yang banyak untuk  mengurusi para ikhwah yang bersama beliau tersebut. Maka para petinggi  militer Pakistan yang biasa menerima suap dan berkhianat pun menawar  beliau agar menyerahkan uang tersebut dan sebagai gantinya mereka akan  melepaskannya dan mereka akan menghapus namanya sehingga seolah beliau  tidak tertangkap. Sementara Syaikh Ibnusy Syaikh Al-Libi — supaya semua  orang kenal pahlawan satu ini dan supaya para ikhwah beliau di Libia  mengikuti jejak beliau, yang insya Allah pembelaan mereka adalah  pembelaan terhadap Islam dan kaum muslimin, dan semoga ada di antara  mereka ribuan Ibnusy Syaikh Al-Libi yang akan menggantikan Syaikh Ibnusy  Syaikh Al Libi, insya Allah —. Ketika para petinggi militer Pakistan  itu mengutarakan tawaran mereka tersebut, beliau menjawab: “Tidak! Saya  tidak akan meninggalkan ikhwan-ikhwan saya. Tapi kalau kalian mau saya  akan berikan kepada kalian uang ini kepada kalian, bahkan lebih, jika  kalian mau mengeluarkan kami semua.” Maka para petinggi militer Pakistan  itu pun menolak sehingga Syaikh Ibnusy Syaikh Al-Libi tetap dalam  tahanan bersama para ikhwah yang bersama beliau sampai akhirnya  pemerintahan jahat Qaddafi membunuhnya. Insya Allah para ikhwah  mujahidin Libia yang punya harga diri, dan bahkan semua orang Libia yang  berjiwa perwira, yang mengalir dalam aliran darahnya kecintaan terhadap  Islam dan Nabi SAW, akan membalaskan untuk sang singa dari Libia ini  terhadap kejahatan Qaddafi, juga terhadap kejahatan Barat bangsa Salib,  NATO, yang telah menyiksa dan menyerahkan Syaikh Ibnusy Syaikh Al-Libi  kepada Qaddafi untuk dibunuhnya.
Dahulu Syaikh Usamah mengatakan:  “Orang ini telah mengorbankan nyawanya untuk kita.” Inilah tafsiran dari  apa yang dikatakan oleh Syaikh Usamah bin Ladin.
Selain itu Syaikh Usamah bin  Ladin mengirim surat kepada saya selalu menceritakan apa yang pernah  dilakukan oleh Syaikh Musthafa Abul Yazid. Syaikh Usamah mengatakan  kepada saya: “Orang ini telah berkorban dengan nyawanya dan keluarganya  untuk kita.” Maksudnya Syaikh Musthafa Abul Yazid adalah orang yang  mengatur urusan para ikhwah mujahidin. Beliau berhubungan dengan para  mujahidin, berhubungan dengan Muhajirin, berhubungan dengan Anshar,  beliau adalah bapak bagi mereka semua. Harga yang harus beliau bayar  untuk kegiatan yang penuh berkah ini, beliau akhirnya terendus oleh para  mata-mata NATO kemudian NATO berhasil membunuh beliau bersama keluarga,  bahkan juga membunuh anak-anak yatim yang sedang beliau pelihara dan  beliau ajari menghafal Al-Qur’an. Semoga Allah merahmati beliau.

Syaikh Musthafa Abul Yazid, sedang diwawancarai oleh wartawan stasiun TV Al-Jazeera
Inilah sisi-sisi ketulusan dan kesetiaan Syaikh Usamah bin Ladin kepada para ikhwannya.  
Bersambung insya Allah…


