Masyarakat Indonesia diminta tidak terprovokasi dengan peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Solo. Dilihat dari sisi mana pun tidak ada yang membenarkan tindakan itu. Bom bunuh diri tidak bisa dikaitkan dengan agama, ataupun budaya, karena tidak ada yang membenarkan perbuatan tersebut.
Menyikapi peristiwa ini, Ketua Umum Front Pembela Islam, Habib Muhammad Rizieq Syihab menjelaskan, bahwa bom bunuh diri tidak dapat dibenarkan. Menurut Habib, peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Solo patut diduga merupakan upaya adu domba antar umat beragama dan pengalihan isu semata. Betapa tidak, saat semua komponen bersatu untuk perang melawan korupsi, kok tiba-tiba bom Solo meledak.
“Siapa pun pelaku bom Solo dan apa pun motifnya, tentu tidak bisa dibenarkan. Patut diduga bahwa bom Solo adalah BOM ADU DOMBA dan PENGALIHAN ISU. Saat semua komponen bangsa merajut persatuan dan kesatuan untuk PERANG LAWAN KORUPSI, saat tokoh Agama dan tokoh Nasionalis bersatu untuk melawan KEZALIMAN, saat Ulama dan Pemuda serta Mahasiswa bergabung untuk MEMBELA RAKYAT, tiba-tiba ada bom Solo”, kata Habib melalui pesan singkatnya kepada redaksi fpi.or.id.
Habib Rizieq, juga menghimbau kepada semua umat beragama agar tidak terprovokasi dan mengajak untuk tetap bersama-sama membasmi korupsi. “Karenanya, umat beragama jangan terprovokasi dan jangan mau diadu domba. Ayo, stop BOM TEROR! Ayo tetap bersatu membasmi korupsi dan melawan kezaliman serta membela RAKYAT. Allahu Akbar !”, tegasnya lagi.
Hal senada juga dilontarkan oleh Pengurus Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam (PP GPI) Bapak Rahmat Kardi, beliau mengutuk keras aksi bom bunuh diri oleh orang yang tidak di kenal terhadap Gereja Bethel Injil Semesta (GBIS) Kepunton, Solo, Jawa Tengah. Diduga ledakan bom bunuh diri ini sebagai bentuk Provokasi untuk mengadu domba kehidupan antar umat beragama di Indonesia.
Menyikapi aksi bom bunuh diri itu, maka PP GPI mengecam keras tindakan tersebut. PP GPI menyatakan sikap diantaranya, bahwa Melihat situasi politik dan sejarah kebangsaan Indonesia, maka Bom bunuh diri yang mengguncang kota Solo merupakan strategi kelompok tertentu untuk menumbuhkan sikap paranoid terhadap Islam. Sehingga pada pemilu 2014 tidak tumbuh pemimpin dari umat Islam.
PP PGI juga meminta kepada pihak berwajib terutama TNI dan Polri untuk bersikap objektif melihat kasus bom bunuh diri tersebut. Meminta kepada Pimpinan ormas Islam dan media untuk menyatukan persepsi menolak keterlibatan Islam dan Umat Islam dalam kasus bom bunuh diri di Solo. Demikian sebagian isi pernyataan sikap Pengurus Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam (PP GPI), seperti yang diberitakan dalam situs resmi hminews.com.
Tak terkecuali, Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah Jawa Timur juga mengimbau umat Muslim setempat agar tidak terprovokasi oleh peristiwa bom Solo, sehingga mengambil tindakan yang memecah-belah kehidupan beragama. "Umat dan semua komponen bangsa jangan mudah terprovokasi," ujar Sekretaris PW Muhammadiyah Jatim, Nadjib Hamid, Ahad (25/9).
Dia menilai tindakan bom bunuh diri merupakan perbuatan konyol. Karena itu, pihaknya mengutuk keras tindakan bom bunuh diri yang melukai jemaat di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton Solo. "Tidak ada agama apa pun yang membenarkan (tindakan itu)," tegasnya.
Bom meledak pada Minggu (25/9/2011) pukul 10.55 WIB. Seorang dinyatakan tewas dengan kondisi bagian perut hancur terburai di lantai depan Gereja Bethel Kepunton Solo. Korban tewas diduga adalah pelaku bom bunuh diri itu sendiri.
sumber