
بسم الله الرحمن الرحيم
Oleh Syaikh Abdullah Alu Baher -Ghfarahullah-
Alhmadulillah, Segala puji bagi Allah  Subhanahu Wa Ta’ala Yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada  orang-orang yang teguh di atas jalan Rasul-Nya sehingga mereka teguh di  atas jalan yang mengantarkan mereka bahagia dunia dan akhirat. Shalawat  dan salam senantiasa mengiringi ingatan kita agara lidah kita basah  dengannya teruntuk baginda tercinta Rasulullah Muhammad bin Abdillah,  keluarganya, sahabat dan orang-orang yang konsisten dengan risalahnya.
Semakin tinggi pohon tersebut menjulang,  semakin kuat pula badai yang menerpa. Begitulah kira-kira pepatah yang  menggambarkan seorang yang kuat imannya, teguh pendirian tauhid dan  jihadnya. Gelombang badai tuduhan dan cercaan akan terus menghantamnya.  Namun mereka yang telah diterangi oleh bashirah, tak akan goyah karena  hidayah dari Allah ‘Azza wa Jalla telah menguhjam di hati. Akhir-akhir  ini banyak serangan terhadap dakwah Tauhid yang kembali kepada kemurnian  Aqidah dan Sunnah.
Hal ini memang terasa klasik bagi orang  yang paham dakwah ini dan juga jalan yang pendahulu mereka lalui  (salafushshalih). Akantetapi ini akan menjadi fitnah bagi mereka yang  baru mengenal dakwah dan belum mengerti akar permasalahan tersebut.  Akantetapi fithrah mereka yang bersihlah yang menolaknya.
Pada hari Ahad siang, tepatnya 20  November 2011, diadakan acara untuk menentang dakwa Tauhid dan Sunnah  (maaf tepatnya memecah belah ummat Islam) dengan tema “ulama sejagad  menentang salafi wahhabi”. Salah satu pembicaranya adalah Ustadz Bukhori  Maulana. Dalam penyampaian beliau ada nada yang tidak mengenakan dan  statmen yang terkesan (maaf) mengada-ada dikarenakan (mungkin, Allah  Ta’ala a’lam) oleh kebencian yang ditutup-tutupi. Saking bencinya dengan  apa yang ia sebut sebagai “wahhabi-salafi”  keluarlah kata-kata yang  tidak enak didengar.
Ada hal yang perlu diluruskan bahwa apa  yang mereka nilai dari salafi tidaklah semata-mata benar dari salaf   (sekedar pengakuan) dan dinisbatkan kepada wahhabi (baca; Ahlussunnah).
Saudaraku… diantara perkataan yang  terlontar dari lisan beliau adalah kalimat yang bernada peremehan kepada  ulama besar yang diakui oleh ulama yang menyelisihinya dan yang sejalan  dengan beliau. Beliau adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah  -Qaddasallahu ruhah-. Inilah perkataan ustadz terhadap beliau
“kalau kita berbicara salafi wahhabi, kita mesti berbicara makhluk ini (Syaikhul islam Ibnu Taimiyah)”.
Kalau seandainya ulama-ulama kibar  mutaakhkhirin sezaman dengan beliau mendengar kata-kata ini, niscaya  mereka akan geleng-geleng kepala keheranan karena melihat kepedean  Ustadz tersebut seakan-akan ia memiliki perbendaharaan ilmu dan riwayat  sanad serta penguasaan dirayah yang mumpuni (maaf, kami tidak mencoba  untuk mengabarkan hal yang ghaib. Ini cuma prediksi berdasarkan  rekomendasi ulama-ulama yang mengakui kelimuan Syaikhul Islam Ibnu  Taimiyyah).
Memang ada beberap ulama yang menentang  beliau yang sezaman dengan beliau, terutama ulama sulthan, dan zaman  setelah beliau wafat –sekitar abad 8 H-. Diantara yang sangat  mengingkari beliau adalah Imam As-Subki dan Ibnu Hajar Al-Haitami.  Adapun Imam As-Subki yang santer gugatan beliau terhadap syaikhul Islam  Ibnu Taimiyyah adalah masalah Syaddurrihal (mengadakan perjalanan untuk  ibadah ziarah). Dan hal itu telah dibantah oleh murid beliau yaitu Imam  Ibnu Abdil Hadi -rahimahullah- dengan kitab yang berjudul Ash-Shorimul  Munakki fir Raddi ‘alas Subki. Ada lagi yang lebih ekstrem yaitu  Muhammad Al-Bukhori (bukan Imam bukhori). Sampai orang yang memanggil  Ibnu Taimiyyah dengan gelar Syaikhul Islam adalah Kafir.  Namun hal  tersebut dibantah oleh Al-Hafizh Muhammad bin Abi Bakar bin Nashiruddin  dengan kitab yang berjudul “Ar-Raddul Wafir ‘Ala man za’ama man samma  ibna taimiyyah Syaikhal Islam kafir”.
Siapakah Ibnu Taimiyyah?
Nama dan nasab beliau adalah Taqiyyuddin  Abul ‘Abbas Ahmad bin Abdul Halim bin Abdissalam bin Taimiyyah  Al-Harrani  Ad-Dimasyqi lahir dikota Harran. Baliau lahir pada hari  Senin 10 Rabi’ul Awwal 661 H. Beliau hidup ditengah-tengah keluarga yang  cinta ilmu. Ayah dan kakek beliau adalah ulama besar Hanabilah. Beliau  mendengarkan (sima’) hadits dari Imam Ibnu Abdid Daim, Ibnu Abil Yusri,  Ibnu Abdan, Syaikh Syamsyuddin Al-Hanbaly, Syaikh Syamsuddin bin ‘Atha  Al-Hanafy, Syaikh Jamaluddin Ash-Shirfi, Majduddin Ibnu ‘Asakir, Syaikh  Jamaluddin Al-Baghdadi, An-Najib bin Al-Miqdad, Ibnu Abil Khair, Ibnu  ‘Allan .
Murid-murid beliau adalah Syaikhul Islam  Ibnul Qoyyim , Imam Adz-Dzahabi, Imam Ibnu Abdil Hadi, Al-Hafizh Ibnu  Katsir -rahimahumullah-.
Inilah pembelaan para ulama terhadap Syaikhul Islam Syaikh 
kamaluddin Az-Zamlakani  menulis sebuah rekomendasi:”Adalaha para ahli fiqih dari berbagai  golongan ketika duduk dalam majlis beliau (ibnu taimiyyah) mereka  mengambil faedah dari beliau dalam madzhab mereka. Tidak diketahui dari  beliau ketika berdialog kemudian memotong dialog (tanpa ada titik temu),  dan beliau tidak berbicara dalam salah satu disiplin ilmu syar’I atau  selainnya melainkan beliau melebihi ahlinya, serta telah terpenuhi pada  diri beliau syarat-syarat ijtihad”.
Dan bait Sya’ir pujian Az-zamlakani yang monumental atas kelebihan Syaikhul Islam Ibnu taimiyyah
ماذا يقول الواصفون لــــه              و صفاته جلت عن الحصر
هو حجة لله قاهـــــــــــرة              هو بيننا أعجوبة الدهــــــر
هو آية في الخلق ظاهرة               أنوارها اربت على الفجــر
Apa yang dikatakan oleh orang –orang pemberi shifat kepadanya 
Sedangkan shifatnya  melampaui batas 
Dia adalah hujjah milik Allah yang mencengkram
 Dia adalah keajaiban masa diantara kita 
Dia merupakan tanda kebesaran Allah yang nyata 
Sinarnya menutupi sinar fajar 
Al-Hafizh Ibnu Sayydun Naas:”Beliau  orang yang mencapai puncak keilmuan dan menguasai atsar dan sunan. Jika  beliau berbicara dalam masalah tafsir maka beliau membawa panjiinya,  jika berfatwa dalam masalah fiqih maka beliau mengerti klimaksnya  (mengetahui solusinya), dan jika berbicara dalam masalah hadits maka  beliau memiliki riwayatnya,… beliau orang paling menonjol disetiap  bidang ilmu daripada putra semisalnya, dan mataku belum pernah melihat  orang semisal dengan beliau”.
Imam Ibnul wardi berkata:”Beliau  memiliki pengetahuan yang sempurna dalam masalah rijalul hadits, jarh  wat ta’dil dan tingkatannya (thabaqaturrijal)…. Semua hadits yang tidak  diketahui Ibnu taimiyyah maka bukan hadits)”.
Imam Ibnul Wasithi berkata setelah  mengeluarkan sederet pujian:”Demi Allah, kemudian demi Allah aku tidak  pernah melihat dibawah langit ini orang seperti Syaikh kalian Ibnu  Taimiyyah ilmunya, amala, kondisi, akhlaq, ittiba’, dermawan, menunaikan  hak Allah Ta’ala, orang yang paling benar aqidahnya, sehat ilmu dan  azamnya…. Hati yang sehat akan bersaksi bahwa beliau adalah pengikut  sejati Nabi”.
....Semua hadits yang tidak diketahui Ibnu taimiyyah maka bukan hadits.....
Syaikh taqiyyuddin Ibnu Daqiq Al-‘id  berkata:”Ketika aku berdiskusi bersama beliau, aku melihat seseorang  yang seluruh ilmu berada dipelupuk matanya. Ia mengambil apa yang ia mau  darinya dan membiarkan (tidak mengambil) apa yang ia mau”.
Syaikh Abu Hayyan (ahli tafsir)  berkata:”Kedua mataku belum pernah melihat seperti orang ini”. Padahal  Abu Hayyan dan Ibnu Taimiyyah pernah berdebat hebat saat Ibnu Taimiyyah  mengemukakan ada 80 keselahan yang terdapat pada pendapat Sibaweh (ulama  Nahwu).
Dan masih banyak lagi rekomendasi dan  pujian ulama serta pengakuan mereka terhadap Syaikhul Islam Ibnu  taimiyyah -Qaddasallahu ruhah-.
(silahkan rujuk kitab Jala'ul 'ainain fi  muhakamatil ahmadain halaman 19 -25 karya Imam As-Sayyid Nu'man bin  Mahmud Al-Alusi 1252 H Mathba'atul Madani cetakan tahun 1401 H)
Suasana wafatnya syakhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullah- 
Pada saat itu tanda-tanda kebesaran  Allah tampak. Seorang hamba Allah yang ‘alim, shalih, bertaqwa dan  termasuk dalam garda depan melawan bid’ah telah berpulang ke  rahmatullah. Alam pun menyaksikan. Saat-saat itu Allah benar-benar  memuliakan hamba yang satu ini. Beliau tidak lain adalah Syaikhul Islam  Ibnu Taimiyyah –Qaddasallahu ruhah-. Kisah wafatnya beliau kami ambilkan  dari kitab Al-bidayah wan Nihayah karya Al-Hafizh Ibnu Katsir  -rahimahullah-.
Berikut adalah nukilan dari kitab  tersebut yang dikutip oleh Ibnu Katsir dari riwayat Syaikh Alamuddin  Al-Barzali: Halaman 135 – 136 (cetakan 1978 M Darul Fikri : Beirut)
"Pada Senin malam 20 Dzul Qo’idah (728  H) telah wafat Syaikh, Imam, ‘Alim, ‘Allamah, Al-Faqih, Al-Hafizh yang  zuhud, taat beribadah, sang Mujahid Syaikhul Islam Taqiyuddin Abul  ‘Abbas Ahmad bin Syaikh Imam kami Allamah Mufti Syihabuddin Abul Mahasin  Abdul Halim  bin Syaikhul Islam Abul Barokat Abdus Salam bin Abdullah  bin Abul Qasim Muhammad bin Al-Khidhr bin Muhammad bin Al-Khidhr bin  ‘Ali bin Abdullah bin Taimiyyah Al-Harrani kemudian Ad-Dimasyqi, di  Qol’ah Damaskus di ruangan yang mana beliau ditahan didalamnya  (penjara). Dan datanglah orang banyak ke Qol’ah, kemudian mereka  diizinkan masuk.
Sementara sejumlah orang duduk disisi  beliau sebelum dimandikan dan mereka membaca Al-Qur’an serta kemudian  bertabarruk dengan melihat dan mencium beliau. Kemudian mereka beranjak,  kemudian datanglah rombongan perempuan kemudian mereka melakukan  seperti hal itu. Kemudian mereka beranjak. Setelah dimandikan beliau  dikeluarkan kemudian orang-orang berkumpul di Qol’ah. Sedangkan jalan  menuju masjid dan didalam masjid telah dipenuhi jama’ah. Begitu pula  dengan bab Al-Barid, bab As-Sa’at menuju bab al-Labadin dan Al-Ghiwarah.
Jenazah datang pada jam 4 siang kemudian  diletakkan didalam Masjid, sedangkan para aparat telah mengawasinya  dari orang-orang karena sesak. Beliau pertama kali disholatkan di Qol’ah  dan yang menjadi Imam adalah Syaikh Muhammad Tamam, kemudian beliau  disholatkan di Masjid Al-Umawi setelah sholat Zhuhur. Semakin lama  semakin berlipat jumlah yang datang…. Kemudian beliau dikuburkan di  pekuburan Ash-Shufiyyah disamping saudaranya Syarafuddin Abdullah  rahimahumallah… jumlah lelaki yang dating mencapai 200 orang, mereka  minum dari sisa air yang dipakai memandikan Syaikhul Islam… dan kopiah  beliau dijual seharga 500 dirham…"
Keterangan tersebut kami potong karena  terlalu banyak, dan tidak ada yang aneh-aneh bahkan keajaiban kalau kami  paparkan secara lengkap. Pembaca bisa merujuk ke halaman yang tertera.  Bahkan diriwayat lain dikatakan bahwa diseluruh pelosok timur dan barat   melaksanakan shalat untuk beliau (shalat ghaib) dan di adzani  “Ashshalatu ‘ala turjamanil Qur’an” Shalat untuk penterjemah A-Qur’an.
Jadi saudaraku, kita bisa melihat  keagungan ilmu dan kepribadian beliau hingga para ulama, baik yang pro  maupun kontro, berkumpul untuk mendoakan beliau dan memberikan  rekomendasi serta pujian yang jarang bisa didapatkan sekalipun dari  kawan sendiri. Mudah-mudahan ini menjadi koreksi bagi kita agar  berhati-hati dengan lisan yang khilaf yang akhirnya mencederai hak-hak  para ulama. Wallahul musta’an
Jakarta, 28 Dzul Hijjah 1432 H
 

 
 
 
 
 
 
